NAHDLATULULAMA (NU)
DARIMANA, DIMANA, KEMAMA?
DAN SAMPAI DIMANA ?
OLEH: SUTEJO IBNUPAKAR
NAHDLATULULAMA (NU) Kebangkitan Ulama/Kebangkitan Cendekiawan
Islam
LATAR BELAKANG KELAHIRAN
NU
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan
kolonialisme,
merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk
organisasi pergerakan,
seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada
1916.
Tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau
"Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran),
sebagai wahana pendidikan sosial politik dan
keagamaan kaum santri.
Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut
Tujjar (pergerakan kaum saudagar).
Serikat itu dijadikan
basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatul
Tujjar itu, maka Taswirul Afkar,
selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga
pendidikan
yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di
beberapa kota.
Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal
yakni mazhab Wahabi di Mekkah,
kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman,
menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan
peradaban tersebut.
Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren
dikeluarkan
dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun
1925.
Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan
sebagai delegasi
dalam Mu'tamar 'Alam Islami
(Kongres Islam Internasional) di Mekkah
yang akan mengesahkan
keputusan tersebut.
Sumber lain menyebutkan
bahwa
K.H. Hasyim Asy'ari,
K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya
melakukan walk
out.
Didorong oleh minatnya
yang gigih untuk
menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap
pelestarian warisan peradaban,
maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri
yang dinamakan Komite Hejaz,
yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam
Komite Hejaz,
dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia,
maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya.
Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan
ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing.
Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama,
yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan
berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban
yang sangat berharga.
Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat
embrional dan ad hoc,
maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi
yang lebih mencakup dan lebih sistematis,
untuk mengantisipasi perkembangan zaman.
Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai,
akhirnya muncul
kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H
(31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai
Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini,
maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi
(prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal
Jamaah.
Kedua kitab tersebut
kemudian diejawantahkan dalam khittah NU,
yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU
dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
NAHDLATUL ULAMA (NU)
ROIS
AKBAR : KH. HASYIM
ASY’ARI
WAKIL
ROIS : KH. SA’ID
BIN SHOLIH
KATIB
AWWAL : KH. ABDUL
WAHAB HASBULLAH
KATIB
TSANI : MAS H.ALWI
ABDUL AZIZ
A’WAN
1. KH. ABDUL
HALIM [ leuwimunding ]
2. KH.
RIDWAN SURABAYA (pencipta lambang NU)
3. KH.
Bisri Samsuri (Denanyar, Jombang)
4. KH. SAID
5. KH. ABDULLAH UBAID ( Surabaya)
6. KH. NAHRAWI THAHIR (Malang)
7. KH. AMIN (Suarabaya)
8. KH. KHOLIL MASYHURI (Soditan Lasem)
MUSTASYAR
1. KH. ASNAWI KUDUS
2. KH. RIDLWAN SEMARANG
3. KH. NAWAWI SIDOGIRI PASURUAN
4. KH. DORO MUNTAHA BANGKALAN
5. KH. AHMAD GHONAIM AL-MISHRI
6. KH. HAMBALI KUDUS
PRESIDEN
: H. HASAN DIPO
PENJULIS
: H. SHADIQ ALIAS SUGENG YUDODIWIRYO
BENDAHARA
: H. BURHAN
KOMISARIS
:
H. SALEH SYAMIL
H. IHSAN
H. NAWAWI
H. DAHLAN ABD. QOHAR
MAS MANGUN
PENDIDIKAN TASAWUF; TUGAS BARU PENDIDIKAN ISLAM?
BalasHapusOleh: SUTEJA
(Dosen Fak. Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
JIN DI DUNIA MANUSIA
BalasHapussutejo ibnu pakar
1. ‘UNSHUR
TIDAK MENAMPAKKAN DIRI KECUALI KEPADA WALI ALLAH
TIDAK MUNCUL KECUALI DI DALAM BISIKAN
2. NAR (API)
SERING KELUAR DARI ALAM ARWAH
BERBENTUK APA SAJA
3. HAWA’ (UDARA)
TERLIHAT DI ALAM FISIK, BENTUK BERBEDA DARI ASLINYA,
DAPAT DITUMPANGI RUH LAIN
4. TUROB (TANAH)
BERBENTUK, MENYERUPAI WARNA TANAH
EKSISTENSI ALAM
BalasHapussutejo ibnu pakar
ALAM SYAHADAH (NYATA) WUJUDIYAH:
ALAM YANG DAPAT DILIHAT MANUSIA
ALAM GHAIB :
ALAM YANG TIDAK BISA DILIHAT MANUSIA, TERDIRI DARI :
1. ALAM GHAIB WUJUDIY (ALAM YANG TERPISAH DARI ALAM MANUSIA SEPERTI ALAM MALAKUT)
2. ALAM GHAIB ‘ADAMI (ALAM YANG TIDAK ADA DI DALAM KEHIDUPAN DUNIA)
BACA AL-INSAN AL-KAMIL AL-JIYLIY, JUZ II, HAL. 99
KARAKTERISTIK ALAM CIPTAAN ALLAH
ALAM SYAHADAH = ALAM AL-KHOLQ= ALAM JASMANIAH
DAPAT DIKETAHUI DENGAN BANTUAN INDRA
ALAM AL-MULK = ALAM GAIB = ALAM ARWAH
DAPAT DIKETAHUI DENGAN BANTUAN ILMU DAN PEMAHAMAN
ALAM AL-JABARUT= ALAM ASMA’ DAN SIFAT ALLAH
DAPAT DIKETAHUI DENGAN BASHIROH/mata hati DAN MA’RIFAT
BACA ROSAIL IBN ‘ARABY, HAL. 525; AL-HUSYANIY, IQODZ AL-HIMAM FI SYARH AL-HIKAM, HAL. 286
TAREKAT NAQSYABANDIYAH
BalasHapusNaqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim (meskipun sedikit di antara orang-orang Arab) serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermula
di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani ("Pembaru Milenium kedua", w. 1624). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari'at secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam politik (meskipun tidak konsisten).
KONSEP DIRI PEZIARAH KUBUR
BalasHapusMAKAM SUNAN GUNUNG JATI CIREBON
OLEH:
SUTEJA (DOSEN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON)
Aura sakral terasa di komplek Astana Sunan Gunung Jati Cirebon. Ucapan doa dan dzikir keluar tak henti-henti dari mulut para peziarah. Sebagian yang lain membaca ayat-ayat suci al-Qur’an. Kesucian semakin bertambah manakala sejumlah peziarah yang sedang mengalami ekstase dalam kondisi dzikrullah dengan ayunan kepala dan tubuh seraya menyebut keesaan dan kebesaran Tuhan. Seorang ibu yang kulit mukanya mulai mengeriput, terus meneteskan air mata, tak sedikit di antara mereka, terus memilin butir-butir tasbih di tangan kanannya seraya memejamkan mata demi menjaga kekhusyukan.
Tiap hari, ratusan peziarah berdatangan. Mereka datang tidak hanya dari wilayah III Cirebon, peziarah juga datang dari daerah lain di Jawa dan luar Jawa. Sering pula terlihat peziarah mancanegara, seperti peziarah dari Cina. Peziarah dari Cina, biasanya datang untuk nyekar ke makam Putri Nio Ong Tien, Putri Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming yang diyakini sebagai salah satu istri Sunan Gunung Jati. Mereka membakar hio dan melakukan persembahyangan sesuai tradisi agamanya.
Dalam waktu-waktu tertentu, peziarah yang datang ke komplek Astana sangatlah banyak jumlahnya. Menariknya, siklus itu berjalan secara periodik setiap tahun, seperti di bulan Syawal, Maulid atau 1 Muharram, atau setiap malam Jum’at biasa maupun Jum’at Kliwon. Para pengamat dan peneliti akan terheran-heran melihat ratusan bahkan sampai ribuan orang datang untuk melakukan ziarah, sehingga komplek Astana dipenuhi oleh peziarah yang datang secara bergantian. Semua peziarah yang datang memiliki berbagai tujuan dan motivasi, mulai dari yang sifatnya sederhana seperti hanya berwisata melihat bangunan arsitektur yang unik dan benda-benda purbakala, sampai dengan yang memiliki keinginan-keinginan yang berat, seperti peziarah yang sedang menghadapi persoalan dalam hidup, usahanya bangkrut atau ingin naik pangkat, mendapat jodoh dan sebagainya. Mereka yang datang berziarah ke komplek Astana Sunan Gunung Jati ingin memperoleh barokah (ngalap berkah) dari karomah atau kemuliaan sang sunan dan para luluhur Cirebon yang dikuburkan di komplek Astana Sunan Gunung Jati.
suteja
Alumni IAIN Sunan Ampel (S2) Alumni UIN SGD Bandung (S3) Dosen IAIN CIREBON