Kolom


NAHDLATULULAMA (NU)
DARIMANA,  DIMANA,  KEMAMA?    DAN SAMPAI DIMANA ?
OLEH: SUTEJO IBNUPAKAR

NAHDLATULULAMA (NU) Kebangkitan Ulama/Kebangkitan Cendekiawan Islam
Lahir di Surabaya  13 Januari 1926 M./16 Rajab 1344 H




LATAR BELAKANG KELAHIRAN NU
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme,
merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan,
seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916.

Tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau  "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran),
sebagai wahana pendidikan sosial politik   dan keagamaan kaum santri.

Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar  (pergerakan kaum saudagar).
Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar,
selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan
yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah,
kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman,
menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.

Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan
dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925.
Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi
dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah
yang akan mengesahkan keputusan tersebut.


Sumber lain menyebutkan bahwa
K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya
melakukan walk out.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk
menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban,
maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz,
yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz,
dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya.
Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing.

Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama,
yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan
berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.

Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc,
maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis,
untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai,
akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini,
maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU,
yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU
dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.






NAHDLATUL ULAMA (NU)
Lahir di Surabaya  13 Januari 1926 M./16 Rajab 1344 H

ROIS AKBAR        :  KH. HASYIM ASY’ARI                                                                          
WAKIL ROIS         :  KH. SA’ID BIN SHOLIH
KATIB AWWAL    :  KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH
KATIB TSANI       :   MAS H.ALWI ABDUL AZIZ

A’WAN                    
1.     KH. ABDUL HALIM        [ leuwimunding ]
2.     KH. RIDWAN SURABAYA (pencipta lambang NU)
3.     KH. Bisri Samsuri (Denanyar, Jombang)
4.     KH. SAID
5.     KH. ABDULLAH UBAID ( Surabaya)
6.     KH. NAHRAWI THAHIR (Malang)
7.     KH. AMIN (Suarabaya)
8.     KH. KHOLIL MASYHURI (Soditan Lasem)

MUSTASYAR
1.     KH.  ASNAWI KUDUS
2.     KH. RIDLWAN SEMARANG
3.     KH. NAWAWI SIDOGIRI PASURUAN
4.     KH. DORO MUNTAHA BANGKALAN
5.     KH. AHMAD GHONAIM AL-MISHRI
6.     KH. HAMBALI KUDUS

PRESIDEN                 : H. HASAN DIPO
PENJULIS                  : H. SHADIQ ALIAS SUGENG YUDODIWIRYO
BENDAHARA          : H. BURHAN

KOMISARIS             :
H. SALEH SYAMIL
H. IHSAN
H. NAWAWI
H. DAHLAN ABD. QOHAR
MAS MANGUN


5 komentar:

  1. PENDIDIKAN TASAWUF; TUGAS BARU PENDIDIKAN ISLAM?
    Oleh: SUTEJA
    (Dosen Fak. Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

    BalasHapus
  2. JIN DI DUNIA MANUSIA

    sutejo ibnu pakar

    1. ‘UNSHUR

    TIDAK MENAMPAKKAN DIRI KECUALI KEPADA WALI ALLAH

    TIDAK MUNCUL KECUALI DI DALAM BISIKAN



    2. NAR (API)

    SERING KELUAR DARI ALAM ARWAH

    BERBENTUK APA SAJA


    3. HAWA’ (UDARA)

    TERLIHAT DI ALAM FISIK, BENTUK BERBEDA DARI ASLINYA,

    DAPAT DITUMPANGI RUH LAIN


    4. TUROB (TANAH)

    BERBENTUK, MENYERUPAI WARNA TANAH

    BalasHapus
  3. EKSISTENSI ALAM
    sutejo ibnu pakar
    ALAM SYAHADAH (NYATA) WUJUDIYAH:
    ALAM YANG DAPAT DILIHAT MANUSIA
    ALAM GHAIB :
    ALAM YANG TIDAK BISA DILIHAT MANUSIA, TERDIRI DARI :
    1. ALAM GHAIB WUJUDIY (ALAM YANG TERPISAH DARI ALAM MANUSIA SEPERTI ALAM MALAKUT)
    2. ALAM GHAIB ‘ADAMI (ALAM YANG TIDAK ADA DI DALAM KEHIDUPAN DUNIA)


    BACA AL-INSAN AL-KAMIL AL-JIYLIY, JUZ II, HAL. 99


    KARAKTERISTIK ALAM CIPTAAN ALLAH

    ALAM SYAHADAH = ALAM AL-KHOLQ= ALAM JASMANIAH

    DAPAT DIKETAHUI DENGAN BANTUAN INDRA



    ALAM AL-MULK = ALAM GAIB = ALAM ARWAH

    DAPAT DIKETAHUI DENGAN BANTUAN ILMU DAN PEMAHAMAN



    ALAM AL-JABARUT= ALAM ASMA’ DAN SIFAT ALLAH

    DAPAT DIKETAHUI DENGAN BASHIROH/mata hati DAN MA’RIFAT



    BACA ROSAIL IBN ‘ARABY, HAL. 525; AL-HUSYANIY, IQODZ AL-HIMAM FI SYARH AL-HIKAM, HAL. 286

    BalasHapus
  4. TAREKAT NAQSYABANDIYAH

    Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim (meskipun sedikit di antara orang-orang Arab) serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermula

    di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani ("Pembaru Milenium kedua", w. 1624). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari'at secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam politik (meskipun tidak konsisten).

    BalasHapus
  5. KONSEP DIRI PEZIARAH KUBUR
    MAKAM SUNAN GUNUNG JATI CIREBON
    OLEH:
    SUTEJA (DOSEN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON)

    Aura sakral terasa di komplek Astana Sunan Gunung Jati Cirebon. Ucapan doa dan dzikir keluar tak henti-henti dari mulut para peziarah. Sebagian yang lain membaca ayat-ayat suci al-Qur’an. Kesucian semakin bertambah manakala sejumlah peziarah yang sedang mengalami ekstase dalam kondisi dzikrullah dengan ayunan kepala dan tubuh seraya menyebut keesaan dan kebesaran Tuhan. Seorang ibu yang kulit mukanya mulai mengeriput, terus meneteskan air mata, tak sedikit di antara mereka, terus memilin butir-butir tasbih di tangan kanannya seraya memejamkan mata demi menjaga kekhusyukan.
    Tiap hari, ratusan peziarah berdatangan. Mereka datang tidak hanya dari wilayah III Cirebon, peziarah juga datang dari daerah lain di Jawa dan luar Jawa. Sering pula terlihat peziarah mancanegara, seperti peziarah dari Cina. Peziarah dari Cina, biasanya datang untuk nyekar ke makam Putri Nio Ong Tien, Putri Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming yang diyakini sebagai salah satu istri Sunan Gunung Jati. Mereka membakar hio dan melakukan persembahyangan sesuai tradisi agamanya.
    Dalam waktu-waktu tertentu, peziarah yang datang ke komplek Astana sangatlah banyak jumlahnya. Menariknya, siklus itu berjalan secara periodik setiap tahun, seperti di bulan Syawal, Maulid atau 1 Muharram, atau setiap malam Jum’at biasa maupun Jum’at Kliwon. Para pengamat dan peneliti akan terheran-heran melihat ratusan bahkan sampai ribuan orang datang untuk melakukan ziarah, sehingga komplek Astana dipenuhi oleh peziarah yang datang secara bergantian. Semua peziarah yang datang memiliki berbagai tujuan dan motivasi, mulai dari yang sifatnya sederhana seperti hanya berwisata melihat bangunan arsitektur yang unik dan benda-benda purbakala, sampai dengan yang memiliki keinginan-keinginan yang berat, seperti peziarah yang sedang menghadapi persoalan dalam hidup, usahanya bangkrut atau ingin naik pangkat, mendapat jodoh dan sebagainya. Mereka yang datang berziarah ke komplek Astana Sunan Gunung Jati ingin memperoleh barokah (ngalap berkah) dari karomah atau kemuliaan sang sunan dan para luluhur Cirebon yang dikuburkan di komplek Astana Sunan Gunung Jati.


    suteja
    Alumni IAIN Sunan Ampel (S2) Alumni UIN SGD Bandung (S3) Dosen IAIN CIREBON

    BalasHapus